ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Jika Tim Sepak Bola Impian
Brazil dan Italia Dipertemukan,kira-kira siapa yang menang???
Dini hari nanti
bakal tersaji sebuah laga persahabatan klasik antara tim nasional sepak bola
Brazil melawan Italia. Sebagai pemegang rekor 5 kali dan 4 kali juara dunia,
Brazil dengan jogo bonito dan Italia dengan catenaccio adalah dua kekuatan
sepak bola dunia yang mewakili dua kutub yang berbeda, yaitu Amerika Latin dan
Eropa.
Nah, pada
kesempatan ini, saya tidak akan mengulas tentang friendly match dini hari
nanti. Saya lebih tertarik untuk membahas tentang tim terbaik Brazil dan Italia
sepanjang masa. Bagaimana jika kedua tim impian (versi saya) tersebut
dipertemukan? Siapakah yang terbaik di antara keduanya?
Tim Impian Brazil
Goalkeeper:
Gilmar
Gilmar mungkin
adalah satu-satunya kiper kelas dunia yang pernah dilahirkan Brazil. Dua kali
mengantarkan tim Samba juara dunia (1958 dan 1962) adalah prestasi
tertingginya. Selain itu, di tingkat klub, dia berhasil membawa Santos dua kali
menjuarai Intercontinental Cup dengan memecundangi Benfica dan AC Milan di
tahun 1960an.
Right Back:
Carlos Alberto Torres
Sejak jaman
dulu, Brazil adalah gudangnya bek kanan jempolan. Oleh karena itu, agak sulit
memilih salah satu dari Djalma Santos, Carlos Alberto Torres, Jorginho, Cafu,
Maicon, atau Daniel Alves. Jika akhirnya muncul nama Carlos Alberto, itu tak
lain karena penampilan spektakulernya sebagai kapten tim Samba di World Cup
1970.
Centre Back:
Domingos Da Guia
Domingos Da
Guia adalah salah satu bek tengah terbaik yang pernah dimiliki Brazil. Meskipun
tidak berhasil membawa tim Samba menjuarai World Cup 1938, pemain yang dijuluki
sebagai “the Divine Master” ini mencatatkan namanya dalam honorable mentions
Brazil Football Museum Hall of Fame.
Centre Back:
Hilderaldo Bellini
Hilderaldo
Bellini adalah kapten tim Brazil saat pertama kali menjadi juara dunia. Bersama
Djalma Santos di kanan dan Nilton Santos di kiri, Bellini di tengah menjadi
trio maut yang mengawal lini pertahanan Brazil di World Cup 1958. Tak heran,
saat itu nama ketiganya masuk dalam Team of the Tournament.
Left Back:
Nilton Santos
Nilton Santos
adalah jaminan di posisi bek kiri Brazil. Sampai saat ini, tidak ada lagi bek
kiri tim Samba yang selegendaris dia. Mungkin hanya Roberto Carlos yang mampu
mendekatinya. Bersama Djalma Santos dan Bellini, pada tahun 1958 Nilton Santos
mempersembahkan trofi Jules Rimet yang pertama bagi bolamania Brazil.
Central
Midfielder: Didi
Didi adalah
deep-lying playmaker terbaik yang pernah dihasilkan oleh Brazil. Pemain yang
dijuluki “Mr. Football” ini menjadi juara dunia dua kali bersama Brazil tahun
1958 dan 1962, serta menjadi pemain terbaik di World Cup 1958.
Central
Midfielder: Gerson
Jika Didi
adalah deep-lying playmaker terbaik yang pernah dimiiki Brazil, maka Gerson
adalah penerusnya yang sempurna. Pemain yang dijuluki “Golden Left Foot” ini
adalah otak permainan tim Samba saat menjadi juara dunia yang ketiga kalinya di
Meksiko tahun 1970.
Attacking
Midfielder: Zico
Zico adalah
salah satu talenta terbesar milik Brazil yang tidak pernah memenangi Piala
Dunia. Sangat disayangkan, dia gagal membawa tim Samba menjadi juara di World
Cup 1982 dan 1986. Tapi itu tidak berarti membuatnya tak layak masuk dalam tim
terbaik Brazil sepanjang masa. Si Pele Putih ini adalah salah satu seniman
lapangan hijau terbaik yang pernah ada.
Right Forward:
Garrincha
Garrincha
adalah penyebab utama keberhasilan Brazil menyabet trofi World Cup untuk kedua
kalinya tahun 1962. Pemain paling kontroversial, paling berbakat, dan sekaligus
paling dicintai oleh publik Brazil sepanjang masa. Garrincha, Joy of the
People.
Centre Forward:
Ronaldo
Ronaldo adalah
striker paling fenomenal yang pernah dimiliki Brazil. Setelah secara
mengejutkan gagal di final World Cup 1998, Ronaldo seakan bangkit dari kubur
dan membawa Brazil menjadi raja dunia, meraih World Cup yang kelima tahun 2002.
Left Forward:
Pele
Rekor tiga
trofi World Cup adalah bukti kehebatan Pele. Meski kemampuannya sebagai
komentator dan analis sepak bola tidak berbanding lurus dengan skill-nya di
lapangan hijau, bersama Garrincha, dia adalah talenta terbesar yang pernah
dihasilkan oleh Brazil.
Coach: Mario
Zagallo
Mario Zagallo
adalah satu-satunya manusia di bumi yang mengoleksi empat gelar Piala Dunia:
dua kali juara dunia sebagai pemain (1958 dan 1962), sekali sebagai pelatih
(1970), dan sekali sebagai assisten pelatih (1994). Sebuah rekor yang bakal
sulit dipecahkan oleh orang lain sampai kapan pun juga.
Tim Impian Italia
Goalkeeper:
Gianluigi Buffon
Ada tiga
penjaga gawang kelas dunia yang pernah dimiliki Italia: Gianpiero Combi, Dino
Zoff, dan Gianluigi Buffon. Ketiganya adalah juara dunia dan mewakili era yang
berbeda-beda. Tetapi, jika harus memilih salah satu, Gianluigi Buffon adalah
jawabannya. Aksi fantastisnya saat World Cup 2006 dan kegemilangannya mengawal
gawang Juventus dalam satu dekade terakhir menjadi bukti yang tak terbantahkan.
Mungkin di masa yang akan datang, penghargaan Lev Yashin Award harus diganti
menjadi Gianluigi Buffon Award.
Right Back:
Tarcisio Burgnich
Italia termasuk
jarang menghasilkan bek kanan kelas dunia. Tarcisio Burgnich adalah sebuah
pengecualian. Penampilan gemilangnya turut mengantarkan Italia merebut juara
Eropa tahun 1968 dan menembus final Piala Dunia tahun 1970. Mungkin hanya
Gianluca Zambrotta, bek kanan Italia di tahun 2000an, yang performanya
mendekati Tarcisio Burgnich.
Centre Back:
Gaetano Scirea
Bersama Franco
Baresi, Gaetano Scirea adalah libero terbaik yang pernah dimiliki Italia.
Bedanya, Baresi gagal mempersembahkan trofi World Cup buat Italia, sedangkan
Scirea sukses mengawal lini belakang Gli Azzurri saat menjadi juara dunia tahun
1982. Di tingkat klub, Scirea menjadi legenda Juventus merajai sepak bola
Italia di akhir 1970an dan awal 1980an.
Centre Back:
Fabio Cannavaro
Kokohnya tembok
pertahanan yang digalang Fabio Cannavaro di Jerman tahun 2006 adalah kunci
sukses Italia menggenggam trofi World Cup keempatnya. Tak pelak, pemain yang
akhirnya dijuluki “the Berlin Wall” ini pun dinobatkan sebagai peraih Ballon
D’Or tahun itu. Sebuah prestasi langka bagi seorang defender.
Left Back:
Paolo Maldini
Giacinto
Facchetti mempersembahkan trofi Piala Eropa, Antonio Cabrini mempersembahkan
trofi Piala Dunia, sedangkan Paolo Maldini, senasib dengan Franco Baresi, tidak
mempersembahkan trofi apa-apa bagi Gli Azzurri. Tapi jika harus memilih salah
satu, Paolo Maldini adalah bek kiri terbaik yang pernah diproduksi Italia.
Rekornya menjuarai Champions League 5 kali bersama AC Milan akan sulit disamai
oleh pemain mana pun saat ini.
Central
Midfielder: Marco Tardelli
Film “Scream”
mungkin terinspirasi dari teriakan Macro Tardelli setelah membobol gawang
Jerman di final World Cup 1982. Sebuah teriakan yang akhirnya mejadi salah satu
momen yang tak terlupakan dalam sejarah sepak bola dunia. Tapi bukan karena teriakan
itu Tardelli masuk dalam tim impian ini. Semangat dan kerja keras pantang
menyerah dalam merebut bola adalah dua kelebihan utama yang dimiliki oleh
Tardelli.
Central
Midfielder: Andrea Pirlo
Andrea Pirlo
adalah deep-lying playmaker kelas dunia yang sulit dicari penggantinya di
Italia. Dialah sutradara permainan Gli Azzurri saat meraih kejayaan di World
Cup 2006. Bersama AC Milan, Pirlo dua kali menjadi juara Eropa dan musim lalu
dia membawa Juventus menjadi juara Serie A tanpa terkalahkan. Sebuah kepuasan
tiada tara bagi pecinta bola bisa menikmati orkestra lapangan hijau yang
dipersembahkan oleh Pirlo.
Attacking
Midfielder: Gianni Rivera
Gianni Rivera
adalah golden boy sepak bola Italia di era 1960an. Peraih Ballon D’Or tahun
1969 ini turut mengantarkan Gli Azzurri meraih trofi Piala Eropa 1968.
Kemampuannya dalam mengatur permainan dari lapangan tengah membuatnya menjadi
aktor utama kesuksesan AC Milan pada jaman itu.
Right Forward:
Giuseppe Meazza
Giuseppe Meazza
adalah fantasista Italia di era jadul alias era sebelum World War II. Dua kali
membawa Gli Azzurri menyabet World Cup 1934 dan 1938 adalah prestasi puncaknya.
Atas kehebatannya menggocek bola dan mencetak gol, Meazza disebut sebagai
natural showman. Menurut para penggila bola saat itu, menonton Meazza ibarat
menonton penari yang meliuk-liuk di atas lapangan hijau. Nama Giuseppe Meazza
saat ini diabadikan sebagai nama stadion di San Siro, Milano.
Centre Forward:
Paolo Rossi
Hat-trick Paolo
Rossi saat World Cup 1982 ke gawang Brazil mungkin masih membuat galau para
pendukung tim Samba sampai saat ini. Ya, keganasan Rossi menjadi mimpi buruk
bagi the Dream Team Brazil yang disebut-sebut sebagai unggulan utama menjadi
juara dunia saat itu. Akibat tiga gol Rossi, Brazil gagal melangkah ke semifinal
dan Rossi akhirnya membawa Italia menjadi juara dunia sekaligus menjadi top
skor World Cup 1982.
Left Forward:
Roberto Baggio
Roberto Baggio
disebut-sebut sebagai pemain dengan bakat terhebat yang pernah dihasilkan oleh
Italia. Ballon D’Or tahun 1993 diraihnya setelah membawa Juventus menjadi juara
UEFA Cup saat itu. Tetapi sayang, di final World Cup 1994, tendangan penaltinya
melayang di udara, sekaligus melayang juga impiannya menjadi juara dunia
bersama Italia. Meskipun demikian, kegagalan itu tidak menutupi kehebatan
Baggio sebagai salah satu pesepak bola terbaik yang pernah ada di dunia.
Coach: Marcello
Lippi
Marcello Lippi
adalah salah satu dari sedikit pelatih yang berhasil mengawinkan gelar
Champions League (bersama Juventus tahun 1996) dan World Cup (bersama Italia
tahun 2006). Keahliannya meracik taktik sehingga menggapai sukses ganda di
tingkat klub dan tim nasional mungkin hanya bisa disamai oleh pelatih Spanyol,
Vicente Del Bosque.
Itulah tim
impian Brazil dan Italia versi saya. Siapakah yang bakal menang jika keduanya
dipertemukan? Biarlah the God of Football yang menentukan.
sumber:edwindianto.wordpress.com
0 Response to "ika Tim Sepak Bola Impian Brazil dan Italia Dipertemukan,kira-kira siapa yang menang???"
Posting Komentar